Pages

Terrible Things

Sunday, March 10, 2013

Hai J

Kali ini saya mencoba nulis cerita pendek. Cerita ini terinspirasi dari lagunya Mayday  Parade yang judulnya Terrible Things. Saya lagi main Plants VS Zombies, sambil nyanyi lagu ini, terus kepikiran mau bikin cerita. Serius deh, liriknya bagus banget!

By the way, ini cerita pertama saya yang saya buat. Sumpah, susah banget mikirnya! Berarti penulis novel hebat ya, bisa bikin sampai beratus-ratus halaman. Salute!

Saya yakin sih, cerita saya ini masih jelek banget. Tapi gak apa-apa, ini kan masih pertama, nanti saya mau belajar nulis lagi, biar bisa buat cerita yang keren J

Maaf ya, kalau gak dapet feel-nya v^^’


Terrible Things

Sore itu aku melihat anak laki-lakiku duduk di beranda rumah. Dia berusia 15 tahun. Dia duduk sendiri sambil tersenyum, entah memandang apa. Lalu aku menghampirinya.
 “Hei, Nak, apa yang kau lakukan?”
“Hei, Dad! Aku tidak melakukan apapun,” jawabnya sambil tersenyum memandangku. Aku duduk disebelahnya.
“Dad, aku rasa aku menyukai seorang cewek disekolah,” dia berkata sambil tersipu. Aku seperti melihat cerminan diriku sendiri beberapa tahun lalu. Aku persis seperti dia saat aku jatuh cinta untuk pertama kalinya.
“Benarkah? Seperti apa gadis itu?” aku bertanya kepadanya.
“Well, dia… cantik,” matanya menerawang membayangkan wajah gadis itu, dia tersenyum lagi.
“Saat seusiamu dulu, aku juga dulu pernah jatuh cinta. Mau aku ceritakan?”
“Tentu saja.”

***

Hari itu adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur musim panas. Saat jam makan siang, kantin penuh sekali. Semua meja sudah terisi, banyak anak-anak yang bergerombol, kebanyakan sedang bercerita tentang liburan mereka. Beberapa teman yang mengenalku melambaikan tangan, mengajakku untuk bergabung. Aku menolak sambil tersenyum.

Aku memang pendiam, dan tidak suka keramaian. Jadi aku lebih memilih mencari tempat sendiri yang agak sunyi. Mataku berkeliling mencari tempat yang kosong. Nah, di ujung ruangan masih ada meja yang kosong, dan tidak terlalu ramai. Jadi aku berjalan ke arah sana.

Lalu, aku melihat dia. Cewek itu baru memasuki kantin. Dia berjalan bersama seorang teman perempuannya. Aku tidak tahu kenapa, tetapi tiba-tiba jantungku berdegup lebih cepat. Segera aku duduk di kursi yang terletak di pojok itu.

Aku suka matanya. Matanya berwarna biru, sangat jernih. Kulitnya pucat, dan pipinya merona. Dia kelihatan seperti peri. Wajahnya lembut dan menenangkan. Senyumnya… entahlah, aku sangat menyukai senyumnya.
Dia kelihatan sedang mencari tempat yang kosong, dan oh, tidak! Dia berjalan ke sini!
“Hei, apa tempat ini kosong?” dia bicara kepadaku.
“Yeah,” aku menjawab dengan canggung.
“Kami boleh duduk disini kan?” kali ini temannya yang bertanya.
“Okay.”
“Thanks,” temannya berterimakasih.
Aku hanya mengangguk.

Aku segera menghabiskan makananku, lalu langsung pergi dari situ. Aku tidak berani melihat wajah gadis itu. Ketika keluar dari kantin, aku tersenyum sendiri. Hatiku mekar seperti bunga mawar yang baru disiram. Rasanya senang sekali. Diam-diam aku berharap dalam hati, semoga besok bisa bertemu dengan dia lagi.

Kelas selanjutnya adalah kelas Biologi. Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai pelajaran ini. Tetapi nilai-nilaiku masih termasuk dalam kategori lumayan. Tidak bagus, tapi juga tidak terlalu buruk.

Aku duduk di kursi baris ketiga, dekat dengan tembok. Kursi disebelahku masih kosong. Kurasa tidak ada yang mau duduk denganku. Aku kan pendiam, jadi mereka pasti menganggapku membosankan. Aku tidak keberatan dengan itu. Bagus.

Bel masuk berbunyi, guruku masuk ke kelas dan memperkenalkan diri. Lalu tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dari luar. Dia cewek yang tadi di kantin. Setelah meminta maaf kepada guru biologi, dia mencari kursi kosong, dan akhirnya menemukannya. Kursi disebelahku. Hanya itu yang tersisa. Jadi dia berjalan ke arahku, meletakkan tasnya, duduk, lalu mengajakku berkenalan.

Dia tersenyum, lalu mengulurkan tangannya “Hei, namaku Amber. Siapa namamu?”
“Aku Adam,” aku membalas uluran tangannya. 
Jantungku serasa berhenti. Aku tidak percaya kalau kami sebangku.

Aku sesekali melirik wajahnya yang sedang memperhatikan guru biologi yang sedang menjelaskan. Dia cantik sekali. Beberapa kali dia sempat melihatku sedang memandangnya, tapi dia hanya tersenyum dan memperhatikan guru itu lagi.

Saat pulang sekolah, dia mengajakku pulang bersama. Kebetulan jalan menuju rumah kami searah. Aku tentu saja tidak menolaknya. Di sepanjang jalan, dia banyak bercerita tentang keluarganya, music favoritnya, dan hal-hal lain. Aku lebih banyak mendengarkan sambil memandanginya bercerita. Hanya menjawab seadanya jika dia bertanya.
Lalu dia bertanya padaku. “Kenapa kau memandangku seperti itu?”
“Tidak apa-apa,” aku bingung harus menjawab apa.
“Adam…”
“Ya?”
“Apa kau jatuh cinta kepadaku?” dia bertanya malu. Wajahnya memerah, tapi itu membuatnya semakin manis.
“Hmm.. Ya,” aku menjawab jujur.
“Benarkah?”
“Ya,” cuma itu yang bisa aku katakan.
Dia memandangku lekat-lekat, lalu tersenyum, “Aku juga jatuh cinta kepadamu.”

Astaga. Jantungku serasa ingin lompat dari tempatnya. Aku hanya bisa memandangnya, tidak mampu melakukan apapun. Aku bahkan tidak mampu berkedip. Aku takut jika aku berkedip, lalu semua ini akan menghilang, aku takut semua ini hanya mimpi. Tapi kemudian dia menggenggam tanganku, sangat erat. Tidak. Ini bukan mimpi. Ini nyata. Kami pacaran sekarang. Aku senang sekali. Aku balik menggenggam tangannya, lalu kami berjalan pulang dalam diam dengan senyum menghiasi bibir kami.

***

Hari demi hari berlalu, kami sudah lulus sekarang. Aku masih bersama Amber. Kami selalu melalui hari-hari kami bersama. Kadang kami bertengkar, tapi tidak akan lama. Kami sering menghabiskan liburan bersama, menonton DVD, jalan-jalan ke pantai, atau hanya diam memandangi langit di halaman belakang rumahnya. Aku tidak pernah bosan dengannya, dia sangat menyenangkan. Cintaku semakin bertambah setiap harinya. Aku selalu merindukannya.

Hari itu, seperti biasa, aku datang kerumahnya. Dan seperti biasanya pula, dia sudah menungguku di halaman belakang rumahnya. Kami duduk di bawah pohon willow besar yang sudah ada di sana bertahun-tahun lamanya. Malam itu Amber kelihatan cantik. Dia mengikat rambut cokelatnya jadi satu ke belakang. Dia memakai celana jeans dan kaus putih dengan cardigan warna soft pink.

Angin malam ini terasa lebih dingin daripada biasanya. Mungkin itu hanya perasaanku, karena jujur saja aku sangat gugup. Malam ini aku akan menyatakan sesuatu yang sangat penting.

“Kau kedinginan?” aku bertanya.
Dia menggeleng, memandangku sekilas, lalu memandang langit. Malam ini banyak bintang bertaburan.
Aku menggenggam tangannya yang terasa dingin, lalu dia menatapku. Aku mulai bicara.
“Kau tahu kan aku jatuh cinta denganmu sejak pertama kali melihatmu?”
Dia mengangguk. Wajahnya menunjukkan bahwa dia penasaran dengan hal yang akan aku katakan selanjutnya.
“Kau tahu kan cintaku bertambah besar setiap harinya kepadamu?”
Dia mengangguk lagi, sambil tersenyum. Senyum itu, senyum yang paling kusukai.
“Kalau begitu, tolong buka ini,” aku mengeluarkan sebuah kotak kecil berpita berwarna biru muda dari dalam kantongku.

Dia membukanya. Di dalam kotak itu terdapat sebuah cincin sederhana, tapi indah. Wajahnya tiba-tiba berubah. Ada sirat kesedihan disana.

Aku berkata pelan, tapi dia bisa mendengarnya “You know that I love you, so will you marry me?”
Aku menatap matanya lekat-lekat. Awalnya aku optimis dia akan menerima lamaranku. Tetapi sepertinya, ada yang salah di sini.

“Adam, aku sakit.”
Aku mengernyitkan dahiku, meminta dia melanjutkan kalimatnya.
“Aku… sakit. Hidupku tidak akan lama lagi,” matanya berkaca-kaca.
Aku masih memandangnya. Bingung dengan keadaan ini. Perlahan-lahan duniaku runtuh. Aku bertanya-tanya, bagaimana ini bisa terjadi?
Amber memegang bahuku. “Tolong jangan sedih. Kau adalah hal terindah yang pernah hadir di hidupku. Berbahagialah, Adam,”

Air mataku menetes. Aku memeluknya erat, aku sungguh tidak mau dan tidak bisa melepaskannya. Aku tidak mau kehilangan dia. She was the greatest thing that ever happened to me. Aku berjanji dalam hati tidak akan pernah melupakannya. Cinta pertamaku.

***

“Aku turut berduka, Dad,” dia memelukku.
Aku membalas pelukannya, dan berharap dalam hati, semoga Tuhan menunjukkan jalan yang berbeda untuk anakku. Aku tidak akan sanggup melihatnya hancur seperti apa yang telah aku alami dulu. Semoga kisah cintanya tidak seperti kisah cintaku.

Now son, I'm only telling you this...
Because life, can do terrible things

END



So, ini liriknya:
By the time I was your age, I'd give anything
To fall in love truly, was all I could think
That's when I met your mother, the girl of my dreams
The most beautiful woman, that I'd ever seen

She said, "Boy can I tell you, a wonderful thing?"
"I can't help but notice, you're staring at me"
"I know I shouldn't say this, but I really believe"
"I can tell by your eyes, that you're in love with me"

Now son, I'm only telling you this...
Because life, can do terrible things

Now most of the time, we'd had too much to drink
And we'd laugh at the stars and we'd share everything
Too young to notice, and too dumb to care
Love was a story, that couldn't compare

I said, "Girl can I tell you, a wonderful thing?"
"I made you a present, with paper and string"
"Open with care now, I'm asking you please"
"You know that I love you, will you marry me?"

Now son, I'm only telling you this...
Because life, can do terrible things
You'll learn, one day, I'll hope and I'll pray
That God, shows you differently

She said, "Boy can I tell you, a terrible thing?"
"It seems that I'm sick and I've only got weeks"
"Please don't be sad now, I really believe"
"You were the greatest, thing that ever happened to me"

Slow, so slow
I fell to the ground, on my knees

So don't fall in love, there's just too much to risk
If given the choice, then I'm begging you'll choose
To walk away, walk away, don't let her get you
I can't bear to see the same happen to you

Now son, I'm only telling you this...
...Because life, can do terrible things

 Gambar dari sini.

3 comments :

  1. Kyaaa!~~~ Fanti bagus banget... aku suka suka suka gaya ceritanya.. simple tapi bisa bikin feelnya :3

    ReplyDelete
  2. iiiia loh :3
    i liked your story :p

    ReplyDelete

Made With Love By The Dutch Lady Designs